Jember, 15 September 2025. Di sekolah kami terdapat salah satu tumbuhan yang langka, yang bernama Buah Kepel. Buah kepel atau dikenal dengan nama ilmiah Stelechocarpus burahol merupakan tumbuhan identitas Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna DIY. Spesies ini belum tergolong dalam daftar flora yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan belum terdaftar IUCN Red List, namun keberadaanya saat ini sudah jarang ditemui. Pohon kepel juga tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia dikenal dengan nama pohon kecindul, simpol, burahol, dan turalok. Dalam bahasa inggris tumbuhan ini dikenal dengan nama Kepel Aple.
Buah ini tumbuh dan tersebar di kawasan Asia Tenggara, Solomon hingga Australia ini memiliki cita rasa yang manis dengang daging buah yang berwarna agak kekuning-kuningan hinga kecoklatan membungkus biji buah kepel yang cukup besar. Pada umumnya tumbuhan ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 600 MDPL. Pohon buah kepel umumnya dapat tumbuh sampai dengan tinggi 25 meter dan berdiameter 40 cm. Tekstur kulit pada pohon kepek sendiri pada umumnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan ini disebabkan karena adanya bekas tumbuhnya buah dan bunga. Hal ini disebabkan karena buah dan bunga pohon kepel tidak tumbuh di ranting ataupun dahan melainkan pada batang pohon kepel.
Nama buah kepel sendiri sebenarnya disebabkan karena ukuran buah ini hanya sebesar kepalan tangan orang dewasa. Namun siapa sangka bahwa buah ini memiliki nilai filosofi Adiluhung yaitu, sebagai perlambangan kesatuan dan dan keutuhan mental serta fisik karena ringan seperti halnya tangan yang terkepal. Buah kepel sejak dulu kala digunakan oleh para putri keraton sebagai penghilang bau badan dan pewangi badan. Selain itu, juga dipercaya sebagai salah satu sarana kontrasepsi sebagai sterilisasi wanita (KB) oleh karena itu buah ini menjadi kegemaran para putri keraton karena menyimpan berbagai khasiat dibidang kecantikan. Selain itu, manfaat yang diperoleh jika mengonsumsi buah kepel. Daging buah kepel dipercaya berkhasiat memperlancar air kecil hingga pencegahan inflamasi ginjal. Daunnya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi asam urat dan lalap daun kepel mampu menurunkan kadar kolesterol. Fakta lainnya adalah akar, biji, dan buahnya mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Saat ini buah kepel dikenal sebagai obat herbal untuk membersihkan darah, serta menguatkan liver, paru-paru hingga ginjal.
Taksonomi tanaman kepel (Stelechocarpus burahol) adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Tracheophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Magnoliales, Famili: Annonaceae, Genus: Stelechocarpus, dan Spesies: S. burahol. Tanaman ini termasuk famili yang sama dengan sirsak dan kenanga.
Berikut adalah rincian klasifikasi ilmiahnya:
Sinonim:
Guatteria toralak Blume
Stelechocarpus burahol var. longiflorus Scheff.
Uvaria burahol Blume
Nama Umum
Indonesia: kepel (Jawa), burahol (Sunda), kecindul (Jawa)
Inggris: kepel
Adanya anggapan bahwa pohon kepel atau burahol ini merupakan pohon keraton yang hanya pantas di tanam di kawasan istana menyebabkan terjadinya kelangkaan. Selain itu, masyarakat juga merasa malas untuk membudidayakan buah kepel yang bercita rasa manis ini karena buah ini dipenuhi dengan biji. Kini pohon langka tersebut dapat ditemui di kawasan Keraton Yogyakarta, Taman Kyai Langgeng Magelang, Kebun Raya Bogor, dan Universitas Gadjah Mada. Sahabat Museum juga dapat melihat awetan tumbuhan atau herbarium buah kepel di Museum Biologi Universitas Gadjah Mada.
Daftar Pustaka:
Adi Guzali (Duta Museum DIY untuk Museum Biologi UGM) dihttps://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/1455-kepel-buah-favorit-putri-keraton
plantamor.com/species/profile/stelechocarpus/burahol#google_vignette
Tinggalkan Komentar